Daftar Blog Saya

Minggu, 05 Desember 2010

Tokoh lengendaris


Guna Mengingatkan kita kembali kepada Tokoh Legendaris P.Ramlee ada baiknya kita membaca catatan ini. :-)
saya kutip dari : Aceh Forum Community
Judul asli : P Ramlee, Menggamit Aceh di Lingkar Hati
http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs122.snc1/5252_1138848746444_1084147402_30383581_4400469_n.jpg


SIAPA yang tak kenal P Ramlee? Generasi yang mekar di tahun 60-an di negeri ini, terutama kaum wanita, pasti mengenal dan mengagumi P Ramlee. Dialah artis besar Malaysia, penyanyi bersuara emas, aktor ganteng dan sutradara kenamaan yang berdarah Aceh. Bahkan di tahun 60-an itu, konon kabarnya ada seorang gadis di bilangan Aceh Utara yang jatuh sakit berat karena memendam cintanya pada P Ramlee. Sampai-sampai sang gadis meninggal dunia tak terobatkan.

Luar biasa! Sang arjuna dipuja di mana-mana. Ya di Aceh, Sumatera, atau Indonesia seluruhnya, Malaysia, Singapura bahkan sampai ke Thailand dan Filipina, P Ramlee digilain banyak orang pada zamannya.

Kendati zaman sekarang telah berubah, P Ramlee tetap hidup sebagai icon budaya di Malaysia yang merantai dalam cakrawala etnik Aceh. Nama asli sang mahabintang ini adalah Teuku Nyak Zakaria. Dalam tubuhnya mengalir darah biru dari tanah Aceh. Ayahnya adalah Teuku Nyak Puteh, pelaut kawakan Aceh yang kemudian bermukim di Pulau Penang.

Di sanalah, Teuku Nyak Puteh berkahwin dengan Che Mah. Lalu lahirlah Teuku Nyak Zakaria, alias P Ramlee yang tumbuh menjadi maha bintang pujaan orang di mana-mana. Nama besar itu memang penuh kenangan. Tidak hanya bagi warga Malaysia, tetapi juga setiap kali menyebut P Ramlee, pastilah menggamit Aceh di ruang memori.

Coba menerawanglah ke tahun 60-an. Kala itu, film yang dibintangi P Ramlee cukup banyak beredar di Aceh. Yang terkenal adalah Penarik Becha, Bujang Lapuk, Hang Tuah. Lantas ada Semerah Padi, Do-Re-Mi, Musang Berjanggut, dan banyak lagi. Film-film itu selalu diserbu penonton. Asalkan film-film P Ramlee yang diputar, gedung-gedung bioskop di seluruh Aceh waktu itu bagai meledak. Atau lain hal, bukankah di kisaran tahun 50-an sampai 70-an, hampir semua pesawat radio di rumah-rumah penduduk Aceh lebih banyak memantau siaran Malaysia? (orang Aceh masa itu menyebut Radio Malaya).

Maka dari radio-radio itu suara P Ramlee berkumandang setiap hari. Lantas, dari sana lagu-lagu P Ramlee berpindah ke pentas-pentas musik di Aceh. Orkes dan penyanyi lokal yang bisa meniru musik dan gaya suara P Ramlee pasti akan melejit namanya. Sang biduan yang mirip P Ramlee tak pelak akan pula menjadi lirikan wanita.

Ya, begitulah kenangan itu. Namun sekarang, di Indonesia, termasuklah di Aceh, nama P Ramlee agaknya telah mulai di lupakan. Kalangan generasi muda sekarang bahkan ada yang tak mengenal sama sekali P Ramlee.

Seiring dengan surutnya fungsi bioskop sebagai media hiburan, maka film-film Malaya itu memang sudah lama tak di putar di sini. Piringan hitam, kaset tape, atau keping cakram (CD) yang berisi lagu-lagu P Ramlee juga nyaris tak ditemukan lagi di pasaran Indonesia. Tapi, bagaimanakah halnya di Malaysia?

Di Malaysia, sepertinya P Ramlee tetap hidup. Kendati telah 35 tahun meninggalkan dunia, nama artis serba bisa itu tetap dipuja. Televisi dan radio Malaysia tetap menjadwalkan tayangan film dan lagu karya-karya P Ramlee dalam berbagai acara legendarisnya. Toko-toko Audio menyediakan corner khusus untuk CD/VCD, dan kaset P Ramlee. Bahkan hampir tiap tahun ada acara kontes mirip P Ramlee di setiap negara bagian.

Terakhir, 22 Maret yang lalu. Perhimpunan Peminat P Ramlee bekerja sama dengan Arsip Nasional Malaysia menggelar lomba mirip P Ramlee di Pustaka Peringatan P Ramlee Jalan Dedap Setapak, Kuala Lumpur. Sambutannya luar biasa. Peminat lomba umumnya generasi muda. Mereka melampiaskan kekaguman pada artis besar itu dengan menyanyi, berpakaian, dan bergaya seperti P Ramlee.

Lebih dari itu, P Ramlee pun dihormati oleh bangsa dan negara Malasyia dengan anugerah gelar Tun Sri, suatu gelar terhormat yang setara dengan menteri-menteri dan bangsawan-bangsawan terkemuka Kerajaan Malaysia. Belum cukup dengan itu, Tun Sri Datok P Ramlee di Malaysia disebut juga sebagai Seniman Agong. Gelar lain pun masih banyak. Yakni, tanda hormat dan puja-puji rakyat Malaysia padanya.

P Ramlee lahir 22 Maret 1929, di sebuah rumah sederhana di Lot 2180 (sekarang dinamakan Jalan P Ramlee) Pulau Penang. Rumah itu, kata sejarahnya, dibangun oleh ayahnya Teuku Nyak Zakaria setelah kawin dengan Che Mah Binti Hussein dari Kubang Buaya Butterwoth, Pulau Penang. Sejak duduk di sekolah rendah, Teuku Nyak Zakaria telah menunjukkan bakatnya dalam menyanyi dan berlakon. Ia pun disenangi, termasuk oleh penguasa Jepun masa itu.

Anak Aceh itu sering diundang bernyanyi pada resepsi-resepsi dan keramaian lainnya. Merajut karir setapak demi setapak, berikutnya dia mendirikan Pancaragam Mutiara, dan Pancaragam Keroncong Pemuda Indonesia. Maka tumbuhlah dia menjadi seniman tenar. Saat itulah dia berganti nama menjadi: P Ramlee. Huruf P memang singkatan nama ayahnya. Sedangkan Ramlee kabarnya sebuah kata yang dibisikkan sang kekasih.

Dalam sejarahnya, kemampuan P Ramlee semakin meningkat. Ia bisa memainkan berbagai alat musik, terutama Biola dan Piano.

Nama P Ramlee pun mulai kondang. Tahun 1948, ia menerima tawaran sutradara BS Rajhans dari Shaw Brother Malay di Singpura. Maka dimulailah karir emas itu. P Ramlee, yang ganteng tinggi semampai, dan berambut keriting tapi berjerawat itu tumbuh menjadi maha bintang. Hijrah kembali ke Kuala Lumpur, ia mulai menyutradari, dan membintangi berbagai film. Kisah asmaranya penuh warna-warni.

Istrinya pertama adalah gadis berdarah Acheh, Djuneidah Daeng Haris, (juga berdarah Makasar). Lalu istri lainnya, adalah Norizan, dan yang terakhir adalah Saloma (Salmah Ismail) sang primadona yang juga penyanyi kondang Malaysia.

Memang sulit mencari tandingan untuk seorang P Ramlee. Suaranya ibarat mukzizat. Dia bisa bernyanyi dalam 4 oktav, dengan lantunan berwarna Sopran, Alto, Tenor sampai ke Contraa Bas. Lagu-lagunya mulai dari yang melankolis, dinamis, dan yang kocak. Dia bisa menyanyi dalam warna Jazz, bisa Keroncong, Rentak Melayu dan tentu saja Pop. Dan selain itu, P Ramlee adalah pencipta lagu. Ia pun membuat musik film dan mengaransir sendiri. Tak pelak dia adalah seorang komponis besar Malayu.

Kemampuannya berakting? Tak salah lagi, dialah jagonya. P Ramlee bisa berperan apa saja. Peran protogonik sampai ke antagonik. Dia bisa melawak, bisa menjadi anak muda yang romantis, yang membuat para wanita tergila-gila.

Ketika maha bintang itu meninggal dunia tahun 1973, tak hanya Malaysia menangis. Tapi di negeri ini, begitu banyak orang merasa kehilangan pujaan. P Ramlee meninggal di puncak karirnya dalam usia 44 tahun.

Tapi Malaysia tak pernah melupakannya. Bekas rumah kelahirannya di P Pulau Penang, dipugar menjadi museum. Di sana dilestarikan berbagai peninggalan P Ramlee. Ketika melirik ke rumoh Acheh itu bulan yang lalu, terlihatlah ramoe keue, ramoe inong, dan ramoe likot. Sungguh terpana, ketika melihat peuratah Aceh model zaman dulu. Maka dada memedih ketika menyibak kelambu kasa. Tampaklah kasur dan bantal yang berhiaskan kasap Aceh. Sampai di sini mata pun berkaca-kaca. Ternyata di sana, di negeri orang, salah satu icon budaya Aceh sebegitu dilestarikan. P Ramlee telah lama pergi. Tapi sosok dirinya di tengah sejarah selalu menggamit Aceh di lingkar hati. (Sjamsul Kahar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar